Berpikir Positif
Posted by on Saturday, September 12, 2009
Under: keluarga
Sebuah kisah nyata...
> > Ada seorang ibu rumah tangga yang memiliki 4 anak
> laki-laki.
> > Urusan belanja, cucian, makan, kebersihan &
> kerapihan > rumah dapat
> ditanganinya dengan baik.
> > Rumah tampak selalu rapih, bersih & teratur dan
> suami > serta
> anak-anaknya sangat menghargai pengabdiannya itu.
> >
> > Cuma ada satu masalah, ibu yg pembersih ini sangat
> tidak > suka
> kalau karpet di rumahnya kotor. Ia bisa meledak dan >
> marah
> berkepanjangan hanya gara-gara melihat jejak > sepatu
> di atas karpet,
> dan suasana tidak enak akan > berlangsung seharian.
> Padahal, dengan 4
> anak laki-laki > di rumah, hal ini mudah sekali terjadi
> terjadi dan
> menyiksanya.
> >
> > Atas saran keluarganya, ia pergi menemui seorang
> psikolog > bernama
> Virginia Satir, dan menceritakan masalahnya.
> > Setelah mendengarkan cerita sang ibu dengan penuh
> perhatian, >
> Virginia Satir tersenyum & berkata kepada sang ibu :
> >
> > "Ibu harap tutup mata ibu dan bayangkan apa yang
> akan > saya
> katakan" Ibu itu kemudian menutup matanya.
> >
> > "Bayangkan rumah ibu yang rapih dan karpet ibu
> yang > bersih
> mengembang, tak ternoda, tanpa kotoran, tanpa > jejak
> sepatu, bagaimana
> perasaan ibu?"
> > Sambil tetap menutup mata, senyum ibu itu merekah,
> > mukanya yg
> murung berubah cerah. Ia tampak senang > dengan
> bayangan yang
> dilihatnya.
> >
> > Virginia Satir melanjutkan; "Itu artinya tidak
> ada > seorangpun di
> rumah ibu. Tak ada suami, tak ada anak-anak, > tak
> terdengar gurau
> canda dan tawa ceria mereka.
> > Rumah ibu sepi dan kosong tanpa orang-orang yang ibu
> kasihi".
> > Seketika muka ibu itu berubah keruh, senyumnya
> langsung >
> menghilang, napasnya mengandung isak.
> > Perasaannya terguncang. Pikirannya langsung cemas
> > membayangkan apa
> yang tengah terjadi pada suami dan > anak-anaknya.
> >
> > "Sekarang lihat kembali karpet itu, ibu melihat
> jejak sepatu > &
> kotoran di sana, artinya suami dan anak-anak ibu ada >
> di rumah,
> orang-orang yang ibu cintai ada bersama ibu dan >
> kehadiran mereka
> menghangatkan hati ibu".
> > Ibu itu mulai tersenyum kembali, ia merasa nyaman
> > dengan
> visualisasi tsb.
> >
> > "Sekarang bukalah mata ibu" Ibu itu membuka
> matanya > "Bagaimana,
> apakah karpet kotor masih menjadi masalah > buat
> ibu?"
> >
> > Ibu itu tersenyum dan menggelengkan kepalanya.
> > "Aku tahu maksud anda" ujar sang ibu,
> "Jika kita melihat > dengan
> sudut yang tepat, maka hal yang tampak negatif > dapat
> dilihat secara
> positif".
> >
> > Sejak saat itu, sang ibu tak pernah lagi mengeluh
> soal > karpetnya
> yang kotor, karena setiap melihat jejak sepatu >
> disana, ia tahu,
> keluarga yg dikasihinya ada di rumah.
> >
> > Kisah di atas adalah kisah nyata. Virginia Satir
> adalah > seorang
> psikolog terkenal yang mengilhami > Richard Binder
> & John Adler untuk
> menciptakan NLP > (Neurolinguistic Programming) . Dan
> teknik yang >
> dipakainya di atas disebut Reframing, yaitu bagaimana >
> kita
> 'membingkai ulang' sudut pandang kita sehingga
> > sesuatu yg tadinya
> negatif dapat menjadi positif, > salah satu caranya
> dengan mengubah
> sudut pandangnya.
> >
> > Terlampir beberapa contoh pengubahan sudut pandang :
> >
> > Saya BERSYUKUR;
> >
> > 1. Untuk istri yang mengatakan malam ini kita hanya
> > makan mie
> instan, karena itu artinya ia bersamaku bukan > dengan
> orang lain
>
> > 2. Untuk suami yang hanya duduk malas di sofa
> menonton > TV, karena
> itu artinya ia berada di rumah dan bukan di > bar,
> kafe, atau di tempat
> mesum.
>
> > 3. Untuk anak-anak yang ribut mengeluh tentang banyak
> hal, > karena
> itu artinya mereka di rumah dan tidak jadi anak jalanan
>
> > 4. Untuk Tagihan Pajak yang cukup besar, karena itu
> > artinya saya
> bekerja dan digaji tinggi
>
> > 5. Untuk sampah dan kotoran bekas pesta yang harus
> > saya bersihkan,
> karena itu artinya keluarga kami > dikelilingi banyak
> teman
>
> > 6. Untuk pakaian yang mulai kesempitan, karena itu
> > artinya saya
> cukup makan
>
> > 7. Untuk rasa lelah, capai dan penat di penghujung
> hari, > karena
> itu artinya saya masih mampu bekerja keras
>
> > 8. Untuk semua kritik yang saya dengar tentang
> pemerintah, > karena
> itu artinya masih ada kebebasan berpendapat
>
> > 9. Untuk bunyi alarm keras jam 5 pagi yg membangunkan
> saya, > karena
> itu artinya saya masih bisa terbangun, masih hidup
>
> > 10. Untuk dst...
> > Ada seorang ibu rumah tangga yang memiliki 4 anak
> laki-laki.
> > Urusan belanja, cucian, makan, kebersihan &
> kerapihan > rumah dapat
> ditanganinya dengan baik.
> > Rumah tampak selalu rapih, bersih & teratur dan
> suami > serta
> anak-anaknya sangat menghargai pengabdiannya itu.
> >
> > Cuma ada satu masalah, ibu yg pembersih ini sangat
> tidak > suka
> kalau karpet di rumahnya kotor. Ia bisa meledak dan >
> marah
> berkepanjangan hanya gara-gara melihat jejak > sepatu
> di atas karpet,
> dan suasana tidak enak akan > berlangsung seharian.
> Padahal, dengan 4
> anak laki-laki > di rumah, hal ini mudah sekali terjadi
> terjadi dan
> menyiksanya.
> >
> > Atas saran keluarganya, ia pergi menemui seorang
> psikolog > bernama
> Virginia Satir, dan menceritakan masalahnya.
> > Setelah mendengarkan cerita sang ibu dengan penuh
> perhatian, >
> Virginia Satir tersenyum & berkata kepada sang ibu :
> >
> > "Ibu harap tutup mata ibu dan bayangkan apa yang
> akan > saya
> katakan" Ibu itu kemudian menutup matanya.
> >
> > "Bayangkan rumah ibu yang rapih dan karpet ibu
> yang > bersih
> mengembang, tak ternoda, tanpa kotoran, tanpa > jejak
> sepatu, bagaimana
> perasaan ibu?"
> > Sambil tetap menutup mata, senyum ibu itu merekah,
> > mukanya yg
> murung berubah cerah. Ia tampak senang > dengan
> bayangan yang
> dilihatnya.
> >
> > Virginia Satir melanjutkan; "Itu artinya tidak
> ada > seorangpun di
> rumah ibu. Tak ada suami, tak ada anak-anak, > tak
> terdengar gurau
> canda dan tawa ceria mereka.
> > Rumah ibu sepi dan kosong tanpa orang-orang yang ibu
> kasihi".
> > Seketika muka ibu itu berubah keruh, senyumnya
> langsung >
> menghilang, napasnya mengandung isak.
> > Perasaannya terguncang. Pikirannya langsung cemas
> > membayangkan apa
> yang tengah terjadi pada suami dan > anak-anaknya.
> >
> > "Sekarang lihat kembali karpet itu, ibu melihat
> jejak sepatu > &
> kotoran di sana, artinya suami dan anak-anak ibu ada >
> di rumah,
> orang-orang yang ibu cintai ada bersama ibu dan >
> kehadiran mereka
> menghangatkan hati ibu".
> > Ibu itu mulai tersenyum kembali, ia merasa nyaman
> > dengan
> visualisasi tsb.
> >
> > "Sekarang bukalah mata ibu" Ibu itu membuka
> matanya > "Bagaimana,
> apakah karpet kotor masih menjadi masalah > buat
> ibu?"
> >
> > Ibu itu tersenyum dan menggelengkan kepalanya.
> > "Aku tahu maksud anda" ujar sang ibu,
> "Jika kita melihat > dengan
> sudut yang tepat, maka hal yang tampak negatif > dapat
> dilihat secara
> positif".
> >
> > Sejak saat itu, sang ibu tak pernah lagi mengeluh
> soal > karpetnya
> yang kotor, karena setiap melihat jejak sepatu >
> disana, ia tahu,
> keluarga yg dikasihinya ada di rumah.
> >
> > Kisah di atas adalah kisah nyata. Virginia Satir
> adalah > seorang
> psikolog terkenal yang mengilhami > Richard Binder
> & John Adler untuk
> menciptakan NLP > (Neurolinguistic Programming) . Dan
> teknik yang >
> dipakainya di atas disebut Reframing, yaitu bagaimana >
> kita
> 'membingkai ulang' sudut pandang kita sehingga
> > sesuatu yg tadinya
> negatif dapat menjadi positif, > salah satu caranya
> dengan mengubah
> sudut pandangnya.
> >
> > Terlampir beberapa contoh pengubahan sudut pandang :
> >
> > Saya BERSYUKUR;
> >
> > 1. Untuk istri yang mengatakan malam ini kita hanya
> > makan mie
> instan, karena itu artinya ia bersamaku bukan > dengan
> orang lain
>
> > 2. Untuk suami yang hanya duduk malas di sofa
> menonton > TV, karena
> itu artinya ia berada di rumah dan bukan di > bar,
> kafe, atau di tempat
> mesum.
>
> > 3. Untuk anak-anak yang ribut mengeluh tentang banyak
> hal, > karena
> itu artinya mereka di rumah dan tidak jadi anak jalanan
>
> > 4. Untuk Tagihan Pajak yang cukup besar, karena itu
> > artinya saya
> bekerja dan digaji tinggi
>
> > 5. Untuk sampah dan kotoran bekas pesta yang harus
> > saya bersihkan,
> karena itu artinya keluarga kami > dikelilingi banyak
> teman
>
> > 6. Untuk pakaian yang mulai kesempitan, karena itu
> > artinya saya
> cukup makan
>
> > 7. Untuk rasa lelah, capai dan penat di penghujung
> hari, > karena
> itu artinya saya masih mampu bekerja keras
>
> > 8. Untuk semua kritik yang saya dengar tentang
> pemerintah, > karena
> itu artinya masih ada kebebasan berpendapat
>
> > 9. Untuk bunyi alarm keras jam 5 pagi yg membangunkan
> saya, > karena
> itu artinya saya masih bisa terbangun, masih hidup
>
> > 10. Untuk dst...
In : keluarga