Guru-guru terbaik dalam hidup kita, seringkali bukanlah orang-orang maha hebat, terkenal, dan memiliki kelimpahan materi. Guru-guru terbaik dalam hidup ini seringkali dari kesalahan-kesalahan kecil maupun besar yang pernah kita lakukan dan benda-benda di sekeliling kita yang mengajarkan satu kata, yaitu: perubahan.

Pada salah satu pelatihan pengembangan diri yang saya ikuti, saya belajar tentang filosofi dari sebuah lilin. Sebuah benda murah yang bermanfaat pada saat tertentu, namun pelajaran berharga yang diberikan sebuah lilin tidaklah kalah dibandingkan buku motivasi berharga jutaan rupiah.

Ya, tentu saja kita sudah mengetahui bahwa sifat dari lilin adalah menerangi ruangan kita disaat gelap, lilin seketika dapat membuat kita melihat lebih jelas. Namun tidak cuma itu sifat dari lilin. Nilai pembelajaran terdalam dari sebuah lilin adalah lilin membakar dirinya sampai padam untuk menerangi ruangan sekelilinginya yang gelap. Hmm… Kelihatannya seperti hal yang sepele ataupun Anda sudah mengetahui hal ini semenjak masih kanak-kanak. Namun pertanyaannya adalah “Bisakah kita menjadi seperti lilin?”
Mengorbankan diri kita sampai padam demi kebaikan orang-orang disekeliling kita dan untuk kemajuan diri kita sendiri. Bisakah?

Apabila Anda menanyakan hal yang sama kepada saya, saya pun akan sangat sulit menjawab pertanyaan ini. Karena memang tidak mudah untuk mempraktikkan sifat-sifat lilin dalam kehidupan kita, namun kita bisa memulai dengan sedikit demi sedikit “membakar” diri kita untuk menerangi lingkungan sekitar kita dengan “membakar” sifat egois kita, kesombongan kita, keserakahan kita, sedikit demi sedikit.

Belum selesai pembelajaran dari sebuah lilin yang saya ceritakan disini. Kita semua tahu bahwa lilin membakar dirinya sendiri oleh api yang perlahan-lahan membakar lilin. Perumpamaan api disini adalah semangat perjuangan kita untuk “membakar” diri kita sendiri untuk memadamkan api ego kita. Apabila semangat kita kecil, tentu saja sifat egois kita lama sekali dipadamkan. Tapi apabila api semangat kita besar, maka sifat egois dari dalam diri kita lebih cepat dipadamkan.

Jadi seberapa besarkah api semangat di dalam diri Anda???

Bagi Anda yang berpikir artikel ini sudah selesai, Anda salah besar!
Karena ada satu lagi pelajaran terbaik dari sebuah lilin. Kita semua mungkin sudah sering mendengar, bahwa sifat dari lilin, apabila lilin membagi terang api ke lilin sebelahnya, si lilin pertama tidak kehilangan terang api yang dimilikinya. Lilin pertama melambangkan sifat ingin berbagi kepada sekitarnya, lilin pertama tidak serakah ingin menjadi satu-satunya lilin yang terang sendirian. Akan tetapi, lilin pertama mengajak lilin-lilin lain untuk menerangi dunia bersama-sama, lilin pertama juga mengajak lilin-lilin lain bersama-sama membakar ke-egoisan dan keserakahan.

Hmm… Sekali lagi pertanyaan saya, seberapa seringkah kita menjadi lilin yang membagikan terangi api ke lilin kepada sekeliling kita? Atau malah sebaliknya, kita menjadi lilin yang kikir dan tidak mau membagi terang lilin kepada lilin di sekitar kita???

Ketika saya menulis artikel ini, saya menyadari bahwa saya sendiri belumlah menjadi “lilin yang sempurna”. Ya, sempurna dalam “membakar diri”, dan sempurna dalam memberi terang kepada lilin lain. Namun dengan saya menulis artikel ini, saya memotivasi diri saya sendiri untuk perlahan-lahan meniru sifat-sifat mulia lilin ini.

Semoga bermanfaat