Beberapa waktu yang lalu, ketika saya berlibur ke pantai sekaligus mengikuti pelatihan pengembangan diri. Saya berkesempatan mengendarai sepeda di pantai. Hmm, nyaman sekali rasanya bersepeda di tepi pantai dengan angin yang bertiup menambah rasa nyaman.

Ketika sedang mengendarai sepeda, saya jadi teringat ketika pertama kali waktu saya belajar mengendarai sepeda. Kalau tidak salah saya berumur 10 tahun ketika itu. Setelah berhari-hari belajar-jatuh-belajar-jatuh, belum bisa juga. Akhirnya hari itu saya mengumpulkan tekad harus bisa mengendarai sepeda.

Sulit sekali rasanya naik sepeda, dimana harus seimbang sisi kiri dan sisi kanan, tidak berat sebelah.
Hari itu saya memulai latihan, dengan mendorong sepeda menggunakan kaki, sambil tetap memegang kemudi sepeda, perlahan-lahan saya mendorong sepeda saya kuat-kuat menggunakan kaki kiri dan kaki kanan saya.

Begitu laju sepeda cukup kencang, saya mengangkat kedua kaki saya dari tanah, dan coba untuk menyeimbangkan posisi tubuh saya. Kira-kira seperti itulah saya belajar naik sepeda hingga sekarang bisa mengemudikan sepeda dengan baik.

Hari itu, saat mengendarai sepeda di tepi pantai, saya membuktikan kebenaran dari salah satu filosofi tentang sepeda yang telah saya ketahui sebelumnya. Ada sebuah pepatah dalam bahasa Inggris yang mengatakan, “Life is riding a bicycle, to keep your balance you must keep moving” (Hidup itu seperti mengendarai sepeda, untuk tetap menjaga keseimbangan Anda, Anda harus tetap bergerak maju). Kira-kira seperti itu filosofinya.

Kedengarannya mungkin sederhana sekali, dan semua orang mungkin mengetahui hal ini. Tapi sekali lagi pertanyaannya, “Apakah kita bisa benar-benar mempraktekkan filosofi sepeda ini ketika masalah besar datang kepada kita?”

Sampai tulisan ini saya buat, saya pernah berkali-kali menghadapi masalah-masalah cukup serius dalam kehidupan saya, tidak jarang karena masalah-masalah berat ini, saya sampai menitikkan air mata.
Namun saya tidak punya pilihan lain kecuali untuk terus melangkah maju.
Ketika saya terpuruk dan mengalami depresi hebat karena masalah yang menimpa saya, perumpaannya berarti saya berhenti mengayuh sepeda kehidupan yang saya kendarai. Kemudian apabila saya berlama-lama meratapi “kejatuhan” saya dari sepeda, berarti saya cuma menangisi luka yang ditimbulkan akibat saya jatuh dari sepeda tanpa berusaha untuk bergerak dan mengobati luka itu hingga bisa cepat sembuh.

Ya, masalah dalam hidup ini memang seringkali datang seketika. Kita bisa jatuh seketika dari sepeda kehidupan yang kita kendarai. Dalam situasi seperti itu, kita hanya akan dihadapi oleh dua pilihan : bangun lagi dan mengendarai lagi sepeda kehidupan kita ke tempat yang ingin kita tuju atau meratapi dan menangisi rasa sakit akibat jatuh dari sepeda kehidupan kita dan tidak pernah sampai ke tempat yang ingin kita tuju.

Saya senang belajar dari para guru-guru besar di seluruh dunia. Dari mereka saya mengetahui bahwa ketika mereka hidup, mereka membawa sepeda kehidupan yang besar dan berat sehingga saat mereka jatuh dari sepedanya, rasa sakit yang ditimbulkan lebih besar dibanding sepeda biasa yang dikendarai orang-orang biasa pada umumnya.

Namun yang membedakan orang-orang besar ini dengan orang biasa. Ketika mereka jatuh dari sepeda kehidupan mereka yang besar ini. Mereka mengangkat lagi sepeda besarnya dengan segenap tenaga, kemudian perlahan-perlahan menaiki sepeda mereka, dan coba mengayuh-mengayuh dan terus mengayuh pedal sepeda mereka hingga menuju garis finis cita-cita mereka.

Hmm, seperti artikel saya sebelumnya. Saya menyadari bahwa ketika tulisan ini saya buat, saya belumlah menjadi “pebalap sepeda kehidupan yang sempurna”, terkadang saya masih mengurangi kayuhan pedal sepeda yang saya injak, bahkan sering juga ketika saya terjatuh dari sepeda kehidupan, saya duduk termenung berlama-lama meratapi sakit.
Namun, begitu saya selesai menulis artikel, saya telah membuat motivasi pribadi untuk diri sendiri, bahwa saya harus terus mengayuh sepeda kehidupan saya, yang mana pada saat saya menulis ini, saya baru jatuh dari sepeda kehidupan yang saya kendarai.

Kriiing… kriing.. kriing.. bunyi sepeda.. sepedaku roda dua….

Semoga bermanfaat