Dear, Libby. Akhir-akhir ini ayah kangen dan ingat terus sama Libby, apalagi saat ini sedang berjangkit penyakit demam berdarah, yang mengantarkan Libby menghadap Tuhan YME setahun yang lalu.
Ayah ingat, waktu itu, Sabtu pagi 19 April, Libby sudah mengeluh kurang enak badan. Ayah langsung membawa Libby ke dokter spesialis di Mall Ambassador hari itu juga untuk mendapatkan perawatan. Dokter menyatakan bahwa Libby sakit radang tenggorokan. Walaupun sudah agak membaik, hari Senin, 21 April, Libby tidak masuk ke sekolah agar bisa beristirahat. Lagipula, esoknya Libby akan perform ballet untuk pertama kalinya.
Ketika ayah pulang kantor, Libby terlihat sangat bersemangat untuk pertunjukan balet besok Bahkan, Libby menunjukkan semua kostum yang akan dipakai. Ayah tahu, kamu sangat mencintai balet. "Ayah lihat Libby perform besok, kan ?" pinta Libby, yang langsung ayah jawab, "iya, Sayang."
Keesokan harinya, tanggal 22 April, Ayah sengaja mengambil cuti agar bisa leluasa hadir ke pertunjukan balet Libby. Pukul 06.15, ayah mengantarkan Libby sekolah. Sepanjang perjalanan Libby terus saja bercerita mengenai pertunjukan itu.
Karena hari itu cuti, ayah pun bisa menjemput Libby ketika pulang sekolah pada 11.30. Kamu terlihat sangat senang melihat ayah menjemputmu, karena biasanya ayah tidak bisa menjemput karena msih di kantor. Dalam perjalanan, Libby sempat bertanya, "Ayah, siapa Kartini itu?". Ayah jawab, "Kartini itu seorang putri yang berjasa pada kaum wanita, karenanya hari kelahirannya diperingati sebagai hari Kartini." Kamu yang selalu kritis kemudian menaggapi, "kok putri tidak pakai baju Cinderella?" Ya, Libby selalu menganggap sosok putri mirip dengan karakter dalam dongeng-dongeng ala Disneyland .
Ayah berusaha menjawab semua pertanyaan Libby. "Kartini sudah meninggal ya, Ayah?", tanyamu lagi. Ayah jawab dengan anggukan. Kamu pun terus bertanya, "kalau Libby mau diperingati, harus meninggal dulu ya?". Mendengar pertanyaan itu, Ayah agak bingung juga menjawabnya. Namun akhirnya Ayah menjawab, "tidak perlu. Karena ada juga yang masih hidup sudah diperingati."
Pertanyaan itu tadinya hampir tidak berarti apa pun, kecuali menunjukkan rasa keingintahuanmu yang memang sangat tinggi. Namun belakangan ayah mulai menyadari bahwa mungkin ini adalah firasat tepat seminggu sebelum kepulanganmu ke Tuhan YME.
Ketika perform balet, ayah ingat Libby kelihatan masih lemas. Beberapa teman dalam kelompokmu juga tidak menari dengan baik, sehingga secara keseluruhan penampilan balet itu tidak terlalu menggembirakan. Kamu yang sangat perfecsionis kelihatan sangat kecewa dengan penampilan kelompokmu yang kurang kompak.
Ketika pulang, Libby kelihatan agak murung. Ayah terus menerus berusaha untuk menghibur Libby dengan mengatakan bahwa pertunjukan tadi cukup baik. Tapi tidak dapat ditutupi, Libby kecewa sekali.
Hari Kamis malam, Libby panas lagi, suhu badannya mencapai 40 derajat celcius.
Tanggal 25 April, Libby ulang tahun yang kelima, kamu masih sakit sehingga tidak masuk sekolah. Ayah dan Mommy kembali membawamu ke dokter. Dokter menyatakan bila sampai Senin belum turun juga panasnya, Senin harus diambil darah untuk diuji.
Tanggal 26 April 2003, Libby merayakan pesta ulang tahun di McDonald Arion. Suhu panas sudah mulai turun, hanya kamu masih terlihat lemas. Pesta ini adalah permintaan pertama Libby, karena biasanya ulangtahun hanya dirayakan di sekolah dengan membawa kue ulang tahun. Entah kenapa waktu itu Libby menginginkan pesta di McDonald lengkap dengan badut Teletubbies.
Ayah minta maaf karena terlambat mengurus pesta, sehingga badut yang kamu minta tidak bisa hadir. Ayah tidak tahu bahwa McD tidak memperbolehkan badut dari luar. Libby kelihatan kecewa dengan ketidakhadiran badut itu, karena ternyata kamu sudah bercerita pada teman-temanmu.
"Badutnya nggak bisa datang ya, Yah? Gimana ya kalau nanti Libby dibilang pembohong. Tapi nggak apa-apa lah, teman-teman pasti ngerti".
Ayah tahu betul, Libby adalah seorang yang sangat patuh terhadap janji dan tak pernah mau mengecewakan orang lain.
Pulang dari pesta Libby terlihat sakit lagi. Ayah mencoba mengompres agar panas tubuhmu turun. Kamu terlihat lemah, sampai-sampai hadiah yang banyak pun hampir tak tersentuh. Ayah masih ingat percakapan kita saat itu, "Liv, uang yang dari Nini kan banyak, mau dibeliin apa sama Libby? beliin mainan ya?". Libby malah bilang, "Ayah, mainan Libby udah banyak sekali...bahkan sebagian mau Libby kasiin ke orang miskin. Kasihan kan mereka nggak punya mainan. Libby juga mau kirim bunga yang banyak sekali untuk Nini. Nini pasti senang."
Ayah kaget mendengar jawaban Libby, tapi sama sekali tidak menyangka apa-apa. Belakangan ayah baru sadar ini adalah firasat lain kepergianmu, karena ternyata, rumah Nini tempat kamu disemayamkan sebelum pemakaman, penuh bunga dari para pelayat.
Libby ingat nggak, hari Minggu, ayah dan mommy membawa Libby ke Rumah Sakit Bunda untuk diambil darah. Ayah tidak mau lagi menunggu sampai hari Senin. Ayah ingat Libby masih minta ayam goreng dan minuman rasa stroberi. Ayah senang sekali karena akhirnya Libby minta makan, setelah dua hari kamu selalu menolak makanan.
Selama sakit, kamu tidak pernah mengeluh sakit perut atau lainnya, hanya pusing dan mual.
Senin pagi, mommy membawa hasil tes darah ke dokter, trombosit kamu masih 149.000. Kata dokter, Libby terkena gejala Thypus dan disarankan untuk beristirahat dan banyak minum. Sore harinya panas Libby sudah mulai turun. Ayah senang sekali pada saat itu, bahkan ayah sempat mengabari keluarga di Bandung bahwa kamu sudah agak baikan, hanya masih sangat lemas dan terkadang muntah.
Malamnya, ternyata Libby terus mengigau. Ayah, mommy dan uti tidak berhenti berdoa, kita putuskan untuk membawa kamu ke dokter besok pagi-pagi sekali. Sama sekali tidak terbersit dalam pikiran ayah bahwa Libby mungkin sudah mulai didekati oleh malaikat maut, karena panas kamu sudah turun hingga 36 derajat celcius.
Keesokan harinya, mommy dan uti mengantar kamu ke dokter. Saat itu trombosit kamu sudah turun ke 59.000 dan langsung diperintahkan untuk masuk rumah sakit. Mommy membawa kamu ke RS Mitra Jatinegara karena kata dokter, pelayanan PICU (ICU anak-anak) cukup baik. Kata mommy, dalam perjalanan ke rumahsakit kamu masih minta mi dan pisang.
Mommy ingat di dalam mobil Libby ngomong, "Ma, kok orang-orang itu tidurnya aneh ya?" Mommy yang panik tidak bisa menjawab, ia hanya bilang, "Libby kuat ya...."
Sampai di rumah sakit Libby sudah tidak sadar. Ketika sampai di ruang gawat darurat, Libby langsung kejang dan pergi untuk selamanya sebelum dokter sempat melakukan pertolongan.
Ayah minta maaf ya, Liv, tidak bisa menemani kamu pulang ke rumah kamu di surga. Ayah merasa bodoh sekali, memilih ikutmeeting di kantor ketika kamu sedang berjuang dengan maut. Tapi memang jalannya sudah harus begitu, ayah rela Libby pulang ke rumah pemilik Libby karena ayah hanya diberi kesempatan untuk merawat Libby selama tepat lima tahun.
Mommy sekarang sedang hamil lagi, Adelle sudah mulai cerewet, maunya sekarang pake baju punya Libby. Kemarin-kemarin dia terus berbicara mengenai kamu, Libby datang ke mimpinya Adelle ya? Ya sudah dulu ya Liv, ayah mau buat surat buat teman-teman ayah biar mereka belajar dari pengalaman kita.
Pembaca, saya hanya ingin berbagi pengalaman dari kejadian ini. Saya tidak ingin Anda mengalami apa yang saya rasakan. Saran saya,
1. Pelajari dan kenali berbagai jenis penyakit dan gejalanya. Libby terkena demam berdarah dan kami sudah terlambat untuk membawanya ke rumah sakit. Jika anak-anak kita, atau kita sendiri panas selama dua hari berturut-turut, lebih baik langsung ke dokter dan minta periksa darah. Minta sekalian periksa darah untuk dengue rapid karena kadang-kadang kadar trombosit dalam darah masih 200.000 (batas normal antara 150.000-400.000), tetapi sebenarnya sudah terkena virus dengue. Jika dokter menyatakan thypus atau radang tenggorokan, atau flu biasa, lebih baik cari second opinion dari dokter lain.
2. Hati-hati, gejala DBD sudah tidak khas. Sampai meninggalnya Libby, tidak timbul bercak-bercak merah di sekujur tubuhnya, tidak mimisan, tidak muntah darah. Salah satu cara termudah untuk mendeteksi dini DBD adalah dengan menekan salah satu kuku ibu jari, kemudian lihat apakah permukaan yang putih ketika ditekan langsung kembali merah. DBD menyebabkan darah agak mengental, sehingga ketika selesai dipencet, biasanya kuku yang terkena DBD agak lambat kembali ke warna merah. Raba denyut nadi, penderita DBD biasanya denyut nadinya agak lemah.
3. Pantau terus kondisi pasien jika sudah positif DBD. Beberapa rumah sakit hanya mengecek darah sehari sekali,. Sebaiknya, mintalah pengecekan dilakukan setiap 6 jam sekali. Jika trombosit sudah mulai memasuki angka 30.000, segera siapkan beberapa teman dan keluarga yang memiliki golongan darah yang sama dengan penderita untuk berjaga-jaga bila sewaktu-waktu tranfusi darah dibutuhkan. Saat ini sulit mendapatkan darah dari PMI.
4. Pakaikan selalu penghalau nyamuk berupa lotion atau lainnya pada anak-anak kita di waktu siang, untuk menghindari gigitan nyamuk aedes aegepty.
5. Jika anak sakit, tinggalkanlah urusan kantor atau urusan apa pun. Keluarga jauh lebih penting daripada apa pun di dunia ini, atau Anda akan menyesal seumur hidup jika mengalami apa yang saya alami.
6. Setelah semua usaha kita lakukan, pasrahkan semua kepada Tuhan YME. Karena bagaimanapun kita berusaha, jika Tuhan berkehendak lain, maka tidak ada yang dapat menghalangi keputusan-Nya.